![]() |
Pola Asuh Anak Tantrum |
Salam Sehat buat kita semua.
Pernah melihat ada anak sedang tantrum menangis, menjerit, berteriak, marah di tempat-tempat umum, sementara ibu dan bapaknya diam saja? Atau pernah menyaksikan anak yang melompat-lompat dari satu kursi ke kursi lain di kantor atau lainnya dan orangtanya juga diam saja?
Ternyata fenomena itu terjadi di banyak tempat. Dan tidak sedikit orang berkomentar atas situasi tersebut, "Saya benci orangtua yang membiarkan anak-anaknya menjadi liar dan membuat pusing orang lain." "Sudah jelas ini sepenuhnya tanggungjawab orang tua."
Pengasuhan yang cenderung membiarkan saja itu dianggap sebagai CARA LUNAK dan lebih cocok untuk anak jaman sekarang. Hanya, cara pengasuhan sepeti itu malah semakin mengkhawatirkan. Banyak orang yang salah mengartikan pengasuhan yang lunak atau gentle parenting.
Ada beberapa laporan survei yang dalam kesimpulannya menilai anak-anak sekarang berperilaku lebih buruk dibandingkan dengan generasi sebelumnya. Dinilai bahwa orangtua kini terlalu permisif, hal ini diduga karena pola asuh di keluarga yang membesarkan mereka dulu.
"Pola pengasuhan yang menggunakan rasa takut untuk mengendalikan anak-anak telah menimbulkan masalah ketika dia beranjak dewasa. Pola asuh otoriter tidak memberikan kesan baik bagi anak-anak. Pola itu tidak akan membentuk anak-anak menjadi orang dewasa yang kuat, percaya diri, dan tangguh.
Sebaliknya, rasa takut yang menyatu dengan kasih sayang justru membuat anak-anak belajar untuk tidak mempercayai diri sendiri. Anak-anak juga tidak merasa terhubung dengan orangtuanya. Sebab anak-anak tidak merasa diperhatikan atau merasa nyaman.
Ketika anak TANTRUM, itu karena anak belum bisa mengatur perasaannya. Anak-anak dilahirkan dengan semua perasaan dan belum punya keterampilan untuk mengelolanya. Karena tidak tahu cara mengelolanya, perasaan itu meledak keluar saja dalam bentuk perilaku seperti itu (red. menjerit, menangis, berteriak, marah di tempat umum/ di mana saja).
TANTRUM yang dianggap sebagai "perilaku buruk" itu sesungguhnya tanda perasaan yang tidak teratur. Ketika itu ditambahkan dengan rasa takut dari orangtua seperti kalimat, "Pergi ke kamarmu!" atau "Kamu dihukum!" atau dengan memakai pukulan, maka dalam jangka pendek rasa takut bisa menjadi sangat kuat. Ketika itu anak akan mencoba menghilangkan perasaan itu dan dalam jangka panjang akan menimbulkan banyak masalah.
Ada empat GAYA PENGASUHAN yang umum :
Pola Pertama, pola asuh otoriter di mana batasan-batasan yang ditetapkan tidak dijelaskan. Praktik ini lazim dialami generasi sebelumnya.
Pola Kedua, adalah kebalikan pola pertama, yakni permisif dan juga tetap tanpa batasan serta aturan.
Pola Ketiga, ada pola pengasuhan yang lalai. Pola ini dicirikan orangtua lepas tangan sepenuhnya.
Pola Keempat, pola asuh otoritatif campuran lembut atau lunak. Ini pola asuh yang hangat dan tegas, tetapi adil. Pada pola asuh ini orangtua harus memiliki kemampuan menetapkan batasan tapi fleksibel.
Anak-anak tetap membutuhkan batasan. Akan tetapi, sebaiknya penetapan batasan dan kata-kata larangan dari orangtua itu disertai dengan alasannya.
Adalah tugas orangtua membantu anak mengelola perasaan dan kondisinya. Orangtua bisa membantu anak-anak menerima perasaan dan belajar mengelolanya. Akan lebih berguna jika orangtua mendampingi sembari tetap memberi anak ruang membangun keterampilan mengelola perasaannya, termasuk rasa frustasi.
Berikut beberapa ayat Firman Tuhan terkait pengasuhan anak-anak ini :
Yesus berkata, “Biarlah anak-anak kecil itu datang kepada-Ku, dan jangan halangi mereka, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga” (Matius 19:14). Pada suatu kesempatan, Yesus “mengambil seorang anak kecil dan menyuruhnya berdiri di antara mereka. Sambil menggendongnya, Yesus berkata kepada mereka, “Barangsiapa menyambut salah satu dari anak kecil ini dalam nama-Ku, ia menyambut Aku” (Markus 9:36-37).
Menjadi kewajiban kita sebagai orang tua untuk bertanggungjawab mengasuh anak-anak kita dengan pola asuh yang baik dan benar, serta mendidiknya secara moral dan rohani, serta memperkenalkan sejak dini pada Tuhan Yesus melalui firmanNya, pendidikan di sekolah minggu, bernyanyi dan bermain serta belajar menekuni firman Tuhan dan berdoa.
Tidak heran Yesus memberikan peringatan ini: “Jika ada orang yang menyesatkan salah satu dari anak-anak kecil yang percaya kepada-Ku ini, lebih baik baginya jika sebuah batu kilangan besar diikatkan pada lehernya dan ditenggelamkan ke dalam laut. ” (Matius 18:6).
Jangan sampai anak-anak kita tumbuh dewasa menjadi liar dan tidak mengenal Tuhan Yesus dan firmanNya, karena Tuhan sudah memperingatkan kita untuk menjadi orangtua yang bertanggungjawab.
Written by Dr. Suryadi Ramli
Disadur dari Kompas, Selasa 6 Februari 2024 dan berbagai sumber.
@BILA ANDA MEMPUNYAI PENGALAMAN BERHARGA PERIHAL MENGASUH ANAK, ATAU BILA ANDA MERASA DIBERKATI MELALUI ARTIKEL POSTINGAN / FIRMAN TUHAN INI, SILAKAN DIKOMEN DI KOLOM KOMENTAR DI BAWAH INI.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar