Salam Damai Sejahtera Tuhan Yesus Kristus bagi kita semua.
Postingan artikel kali
ini merupakan kesaksian pribadi Redaksi akan betapa dahsyat dan hebatnya
Kuasa Mujizat Tuhan Yesus yang terjadi dalam hidup saya.
Namun tidak sedikit
ada saja orang orang atau pihak yang menganggap bahwa kesaksian yang disaksikan
oleh anak Tuhan hanyalah kebetulan belaka, nah nanti silakan disimak kesaksian
hidup yang saya alami, betapa berurutan apa yang dianggap "kebetulan"
demi "kebetulan" yang saya dan keluarga alami.
Peristiwa hidup yang
saya alami bermula dari tanggal 13 Maret 2020, sekitar 10 hari setelah bapak Presiden
Joko Widodo mengumumkan pertama kali 2 pasien Covid-19 di Indonesia.
Pada saat itu kondisi
tubuh saya sudah mulai terasa meriang, demam pada 4 hari sebelum tanggal 13
Maret 2020, dengan kondisi tetap masuk kerja seperti biasa dan sempat dilakukan
pemeriksaan tes laboratorium, namun apa yang disangka sakit demam Typhus atau
pun Demam Berdarah, tidak ada indikasi mengarah ke sana. akhirnya tanggal 11
Maret 2020 masuk ke UGD di suatu Rumah Sakit di area Jakarta Utara, tempat
istri bekerja (maaf tidak menyebutkan nama RSnya ya), sempat dirawat - diinfus
sebentar, hasil tetap sama, tidak ditemukan indikasi apa-apa, lalu dipulangkan.
Namun gejala terus
bertambah ke sesak nafas, saat itu bernafas tersengal sengal seperti orang yang
kecapekan abis kerja berat/ berlari sprint. Walau besoknya tetap masuk kerja
seperti biasa. Namun pada tanggal 13 Maret 2020, akhirnya diputuskan kembali ke
UGD Rumah Sakit di area Jakarta Utara tersebut, kali ini bersama istri yang
juga mulai mengalami gejala demam dan meriang. Kemudian, mulai dilakukan
pemeriksaan laboratorium lebih lanjut, saat itu Direktur Rumah Sakit tersebut
curiga dengan sakit yang saya dan istri derita, maka dilakukanlah tes Antibodi
Covid yang baru pertama kali diterima oleh RS tersebut untuk diujicobakan pertama
kali pada darah saya, ternyata hasilnya positif terdeteksi antibodi Covid,
kemudian dilanjutkan dilakukan tes Swab PCR yang dikirimkan ke Balitbangkes
Kemenkes, dan hasil ternyata positif Covid-19.
Dengan hasil positif
Covid-19 yang belakangan dikenal sebagai Covid-19 varian Alpha yang merupakan
mutasi langsung dari Covid-19 Wuhan. Mungkin saya pada saat itu ditetapkan
sebagai pasien ke-200 sekian, karena pada saat itu berbarengan dengan Bapak
Menteri Perhubungan - Bpk. Budi Karya S. yang masuk ke rawat intensif karena
Covid juga, sehingga beberapa hari kemudian berbondong-bondong Presiden beserta
kabinet kerja memeriksakan diri tes Swab PCR.
Ketika saya diketahui
Positif Covid-19, pihak Rumah Sakit terus menghubungi RS Sulianti Saroso, RS
Persahabatan, apakah bisa dirujuk ke sana, namun ternyata penuh semua. Memang
saat itu, tidak hanya di Indonesia bahkan di seluruh dunia mengalami
'kekacauan' luar biasa akibat mulai masifnya korban jiwa yang kena Covid yang
bertambah.
Hampir 3 hari saya
dirawat di ruang isolasi UGD yang bertekanan negatif, karena menunggu
kepastian kamar kosong di Rumah Sakit rujukan tersebut, sedangkan nafas saya
makin sesak - tersengal sengal, dan saya dipasang alat pemantau ritme nafas
saya, yang menyebabkan mesin sensor tersebut berbunyi terus menerus karena
nafas saya sudah di atas 30 kali permenit (normal 18 - 20 kali permenit).
Nah di sinilah MUJIZAT
("Kebetulan") Pertama yang terjadi, akhirnya Direktur Rumah Sakit
tersebut memutuskan untuk merawat, menangani saya dan istri. Mulai
dipersiapkanlah kamar rawat inap yang juga menjadi kamar isolasi bagi kami
berdua. Adapun Rumah Sakit ini secara struktur pengaturan udara, secara
keseluruhan memiliki tekanan negatif. Namun pada saat gelombang kedua terjadi
(varian Delta merajalela), ada 2 teman saya yang juga dokter yang saya kenal
(yang satu merupakan kakak kelas yang saya kenal) mati konyol hanya karena
tidak mendapatkan kamar perawatan di RS Rujukan Covid, sehingga bolak balik
pindah Rumah Sakit sampai meninggal di UGD suatu rumah sakit, akibat
membludaknya korban Covid varian Delta saat itu, sampai kewalahan kehabisan
Oksigen di mana mana.
Lalu MUJIZAT
("Kebetulan") Kedua, bersamaan dengan hal pertama, ada dokter
Spesialis Paru yang bersedia mengambil resiko merawat kami berdua. Jadilah kami
berdua pasien Covid pertama kali di Rumah Sakit tersebut dengan kode 001 dan
002.
Kemudian saya mulai
mengalami perburukan sesak nafas disertai dengan batuk berdarah tiap kali batuk
dan sesak bertambah. Sedangkan istri sempat dirawat 5 hari, dan hasil tes Swab
PCR nya ternyata negatif, akhirnya segera dipulangkan sebelum benar benar
tertular dari saya. Dan kondisi saat itu saya tidak ditemani oleh siapapun, dan
setiap perawat yang memeriksa saya berkala harus memakai APD level 3, dan
kondisi saya yang mengkuatirkan sehingga dilakukan tes Analisa Gas Darah
(AGD) yang harus diambil darah nya dari pembuluh arteri yang artinya jauh lebih
dalam dibanding pembuluh darah vena yang sering digunakan untuk saluran infus,
yang konon tes AGD ini hanya dilakukan bagi pasien-pasien di Intensive Care
Unit (ICU), adapun tes AGD ini sangat akurat untuk pemantauan kadar gas
dalam darah di antaranya kandungan gas Oksigen.
Total 6 kali saya
diperiksakan tes AGD, sakitnya nampol bangetttt...... nyerinya bisa bertahan
sampe setengah jam sesudahnya, dibanding ditusuk pembuluh darah vena yang cepat
reda nyerinya dalam hitungan detik.
Bahkan dengan kondisi
sesak nafas yang bertambah berat, saya selama masa perawatan sampai harus
dilakukan CT Scan sebanyak 4 kali, sehingga saya selama 3 tahun berikutnya
tidak boleh kena radiasi lagi. Pada saat hendak dilakukan pemeriksaan CT Scan
pun, dilakukan saat tengah malam, di mana tidak ada pengunjung atau pasien yang
wara wiri, terasa seperti secret mission, sangat dipersiapkan jalur
keluar masuk saya lowong dan tidak ada orang yang lewat, keluar kamar langsung
meluncur ke lift, yang sudah ditekan tombol ke lantai Radiologi, tanpa
menyentuh apapun, sampai ke lantai yang dituju, langsung meluncur ke ruang CT Scan
yang sudah terbuka, trus saya dipersilakan untuk tidur ke ranjang CT Scan.
Selesai di scan, saya dipersilakan kembali duduk ke kursi roda, pengantar
segera koordinasi dengan security, saya kembali dengan prosedur cepat
meluncur masuk lift yang sudah disiapkan tombol lantai yang sudah
disetel. Tim kebersihan segera menyemprot dengan cairan desinfektan jalur yang
saya lalui juga di ruang lift.
Adapun hasil CT Scan
saya sudah masuk kategori mengkuatirkan karena seluruh permukaan kedua sisi
paru paru sudah menunjukkan tampilan memutih secara progresif (mengarah ke ARDS
- Acute Respiratory Distress Syndrome) mengarah ke Covid-19 bergejala berat.
Nah MUJIZAT
("Kebetulan") Ketiga, saya mendapatkan obat Covid dari dokter
Spesialis Paru dr. Adria Rusli yang juga seorang yang saya kenal cukup baik di
organisasi profesi. Terima kasih dok Adria Rusli for your kindness.
sehingga keadaan saya mulai membaik. Saya selama dirawat di hari pertama sampai
dipulangkan, tidak memperhatikan apakah ada gejala anosmia seperti yang
dirasakan pada sebagian pasien Covid lainnya, karena tidak ada masalah dengan
nafsu makan dan minum, yang selalu ludes dilahap habis sampe
bersihhhhh......
Selama 12 hari saya
dirawat di Rumah Sakit tersebut, dan akhirnya dipulangkan oleh dokter
Spesialis.
Mujizat
("Kebetulan") Keempat yang terjadi di mana teman teman kerja saya, di
mana saya sempat masuk kerja seperti biasa yang jumlahnya 40 orang, tidak ada
satupun yang positif Covid!! Walau belakangan saya tau bahwa ternyata saya jadi
dokter pertama di kota Bekasi yang terkena Covid!
Mujizat
("Kebetulan") Kelima yang Tuhan lakukan, adalah keluarga di
Bekasi yang cukup sering kontak dengan kami berdua, tidak ada yang kena
sakit Covid-19!!
Mujizat
("Kebetulan") Keenam, orang tua saya yang secara berkala ketemu
dengan kamipun tidak terkena penularan dari sakit Covid-19. Puji Tuhan.
Kebetulan demi
kebetulan yang manakah yang pernah terjadi secara beruntun?
Jadi lebih pantas
kalau saya sebut keenam hal yang saya alami ini adalah MUJIZAT yang Tuhan
lakukan pada saya dan keluarga. Saya yang sudah selangkah lagi mendekati akhir
dari hidup, peristiwa ini membuka mata saya bahwa hidup kita bisa berlalu
begitu saja tanpa berbekas, namun saya tidak ingin tidak meninggalkan apapun
ketika saat nya kita dipanggil Tuhan!!
Dan Mujizat berikut
nya terus terjadi. Saya yang sehari hari bertugas di layanan infeksius antara
lain TBC (Tuberkulosis), HIV (Human Immunodeficiency Virus) dan IMS (Infeksi
Menular Seksual) serta pasien Covid-19 mulai dari varian Delta (gelombang
Kedua) dan varian Omikron (gelombang Ketiga) harus saya layani dan tangani, dan
Puji Tuhan tidak tertular kembali, yang pada prinsipnya jangan membuka masker di
lingkungan resiko tinggi dan gunakan masker yang berstandar medis, memang tidak
nyaman memakai masker seharian, namun dampaknya setimpal dengan ketidaknyamanan
yang kita alami yaitu tidak membawa oleh oleh penyakit Covid ke rumah.
Adapun ayat nas yang
begitu membangun dan menguatkan saya di Galatia 2 : 20, "Namun aku
hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan hidupku yang
kuhidupi di dalam daging adalah hidup oleh iman dalam anak Allah yang telah
mengasihi aku dan menyerahkan diriNya untuk aku!"
Tuhan Yesus itu hidup,
dahsyat, Dialah jalan yang LURUS itu yang dicari banyak umat lain, Dialah Juru
Selamat yang dijanjikan dan dinubuatkan ribuan tahun yang lalu. KedatanganNya
tidak megah - gebyar sebagaimana tokoh iman lainnya, DIA lahir di kandang
domba, masa kanak kanak sampai dewasa hidup dalam kesederhanaan dari orang tua
yang berprofesi tukang kayu, namun memiliki hikmat dan pemahaman akan firman
dan Taurat Tuhan.
Kematian di kayu Salib
pun dengan darah yang tercurah adalah karena menanggung semua kutuk dan dosa
kita semua, sehingga kita diselamatkan dari kutuk maut, kepada terangNya yang
ajaib!!
Hanya Tuhan Yesus yang
bangkit!! Dan hanya YANG BERASAL DARI SORGA lah yang DAPAT MENUNJUKKAN JALAN
MENUJU KE SORGA, karena TUHAN Yesus dan BAPA di Sorga serta Roh Kudus adalah
SATU. Tuhan Yesus adalah 100 % manusia dan 100 % Allah, bagi kita mustahil
namun bagi Allah TIDAK ADA yang MUSTAHIL.
Biarlah artikel
kesaksian ini saya buat dan bagikan, untuk menjadi pengingat bagi kita semua
bahwa kita semua sudah pernah melewati awal masa Pandemi yang mengerikan, dan
kita boleh ada dan berdiri saat ini tak lain dan tak bukan hanyalah karena
kasih dan anugerah Tuhan Yesus serta rancangan Nya yang dahsyat atas kehidupan
kita semua. Amin
TUHAN YESUS KRISTUS
RAJA memberkati kita semua.
Written by ssr
Tidak ada komentar:
Posting Komentar